Kamis, 19 Januari 2023

Menemukan kembali

Menemukan kembali. Sederhana tapi penuh makna. Akun ini lama tak bergerak. Akhirnya kutemukan caranya mudahan setelah hari ini akan kutulis yang baru tentang senang dan suka. 

Selasa, 21 Februari 2017

Mencatat sejarah Islam Nusantara jilid 2

20 Januari 2017
Begitu lelahnya perjalanan membuat kami tak menghadiri acara terakhir haul Habib Ali Al Habsyi dalam rangkaian acara haul 18-20 Januari 2017. Kami hanya menyempatkan berziarah di makam putra dan cucu cucu beliau beliau di kompleks masjid Riyadh yakni Habib Alwi al habsyi dan Habib Anis al habsyi dan Habib Ahmad al habsyi Di siang harinya di lanjutkan dengan sholat jamak Dzhuhur dan Azhar di masjid tersebut.
Habib Ali AL Habsyi adalah sohibul simthud durar yang berasal dari hadramaut yaman, amalan beliau inilah yang kemudian di lanjutkan syairnya oleh putra bungsunya di Indonesia Habib Ali AL habsyi di kota solo dan dilanjutkan oleh cucu beliau memimpin masjid dan zawiyah Riyadh solo kepada Habib Anis AL Habsyi.
Setelah sholat kami menyempatkan mengunjungi pasar dadakan yang ramai setiap acara haul, beberapa kopiah, sarung dan baju koko menjadi santapan sekaligus untuk perjalanan selanjutnya.
Tujuan selanjutnya kota Semarang melewati kabupaten Boyolali, kota Salatiga dan kabupaten Semarang
Kami sempatkan mengisi perut yang sudah cukup lapar di sekitar Boyolali di sebuah kedai sate kambing moro Trisno yang lapaknya membuat jadi cinta.
Beranjak malam menyusuri kota Salatiga di bawah kaki gunung Merbabu, tempat indah dan dingin, kawasan Ngaso Belanda di jamannya karena udara yang nyaman bagi orang Eropa.

http://riyadhuljannahh.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-maulid-simtudduror.html

Masuk kota Semarang kami langsung menuju makam Habib Hasan bin tho bin Yahya atau yang di kenal sebagai syekh keramat jati di depan masjid AL Hidayah taman duku lemper Kidul Semarang.
Saat kami berziarah makam sedang dalam perbaikan sana sini masih terlihat dalam pembenahan begitu pula masjid AL hidaya yang bisa di bilang hampir rampung 70%

https://sites.google.com/site/pustakapejaten/manaqib-biografi/6-habaib-nusantara/al-habib-hasan-bin-yahya-syekh-kramat-jati

Perjalanan selanjutnya masih di kota Semarang ke sebuah pemakaman lama di kota Semarang yakni pemakaman bergota, kompleks pemakaman yang luas di situ juga terdapat makam kyai Sholeh Darat yang dikenal sebagai guru spiritual ibu kita Kartini. Tujuan kami ke sebuah makam yang berkubah tersendiri di pinggir kompleks yakni makan Sayid Hasan moesawa

Lelah perjalanan seharian melintasi bagian tengah pulau Jawa di bayar dengan lelap di kota Semarang di hotel horison NJ. Ternyata setelah kamar di dapat perut yang terasa lapar pun mencari persinggahannya, tak jauh dari hotel ketemukan bakmi Jawa hangat dan menyenangkan sebelum terlalap.

Sabtu, 04 Februari 2017

Mencatat sejarah Islam nusantara jilid 1

Hari yang baik untuk memulai perjalanan  19 Januari 2017 seperti biasa kami berangkat ke Balikpapan di pagi hari mengejar pesawat jam 11 siang menuju DIY provinsi yang cukup lama tak saya kunjungi.
Formasi kali ini saya, Yasir, anoi, Adhi, Mulkan, Hasan, guru Kadir, guru Nanang dan guru ruly, sesampai di bandara udara adi sucijpto di kabupaten Sleman DIY langsung menuju makam Habib Ahmad bafaqih banyurejo tempel di areal pemakaman bulan karena posisinya ada di dusun bulan, kubah yg menurut kisah di bangunkan oleh wakil Presiden RI Adam Malik.
Sebelum sampai lokasi makam perut yang lapar pun kami isi di Warung gudeg yu sum yang mungkin sudah sangat di kenal masyarkat Jogjakarta.
 Satu pesan yang saya baca dari manaqib beliau yg cukup berkesan adalah :

Habib Ahmad Bafaqih juga pernah berucap ketika berkunjung ke Guru Haji Seman Mulia Martapura Kalsel: "Bahwa aku hanya mencari teman, (yakni) orang yang bersyukur. Dan tidak mau berteman dengan orang yang pusang (gelisah/kecewa dalam hal duniawi), karena orang pusang itu bukan hamba Allah tapi hamba iblis."
Sumber (https://sites.google.com/site/pustakapejaten/manaqib-biografi/6-habaib-nusantara/al-habib-ahmad-bafaqih-banyurejo-tempel)
Sholat jamak pun kami lanjutkan di mushola miftahul Huda dusun bulan belakang makam kawasan desa Jawa yang terasa kental saat kami berjalan kesana, suasana lama yang mungkin saya telah lupa.
Perjalanan pun berlanjut menuju kota solo melewati Klaten dan Sukoharjo sayang tak sempat menyinggahi perambanan.
Malam ini pun berakhir dengan sala view hotel di jalan Hasanudin solo dengan pemandangan gunung Lawu.



Selasa, 22 November 2016

Belajar Dari game on line

Setiap kali main game on line Jenis game strategy pasti kita Akan me emulate pola sederhana membangun kekuatan baik kelompok atau sebuah negara atau Karajan.
Hal dasar yang harus di bangun adalah pengelolaan sumner daya baik manusia atau pun alam, dan Bahasa sumber daya manusia pasti Hal pertama, kita di suruh mengerakan sdm kita untuk mengelola SDA, hal sederhana orang yang kita punya disuruh menebang pohon untuk membangun rumah atau barak. Atau SDM kita disuruh mengelola lahan bercocok tanam.
Tulisan ini sebenarnya bukan sekedar mengajak para pemimpin bermain game strategi tapi juga mencermati apa yang ada di dalamnya untuk diaplikasikan pada apa yang diperintahnya.
Membangun SDM adalah hal pertama dan pertama kali SDM digunakan untuk mengelola kebutuhan akan SDA dasar apa itu ? Makanan untuk dimakan, minuman layak konsumsi, energi untuk masak dan yang cukup penting juga adalah tempat tinggal yang layak.
Dalam game juga kita sering gagal atau kalah hingga di invasi kekuatan lain karena SDM kita terbatas yang di mulai dari minimnya hasil SDA kita. Dari sini kita bisa belajar bernegara dengan cara sederhana ketika negara besar Indonesia ini sakit parah.
Apa yang menjadi kegagalan kita ?
Kita kupas dulu SDM kita, pertanyaannya bukan kurang tapi lebih tepatnya salah urus kita punya manusia yang besar nomor 4 di dunia hidup dikelilingi SDA tanpa batas punya sejarah masa lalu sebagai bangsa yang besar, apa yang terjadi ?
Kita gagal mengelola sumber daya manusia kita untuk mengelola sumber daya alam khususnya kebutuhan pokok, lahan yang luas Terbengkalai akibat di kuasai korporasi atau tak ada SDM yang berminat mengelola. Pemerintah atau sang pemain game gagal membuat aturan dan mengelola SDM, gagal paham memahamkan petani supaya anaknya terus bertani disebabkan tak adanya kesejahteraan pada petani.
SDM pengelola sumber daya yang memenuhi hajat dasar bangsa dianggap kelas bawah yang tak sepenting apalagi dilihat hari status sosial yang lebih merata dianggap rakyat miskin.
Akibat langsungnya semakin hari bangsa ini menjadi bangsa lemah yang beras sebagai kebutuhan pokok saja harus di impor dari negara kecil seperti Vietnam dan Thailand yang luasnya jika digabungkan masih lebih luas pulau Sumatera.
Pertanyaannya apakah lahan kita tandus, semua ahli pertanian lulusan IPB atau kampus kampus kecil sekalipun di Indonesia yang mengeluarkan sarjana pertanian akan berujar "tidak".
Jadi masalahnya apa, undang-undang, kepemimpinan atau memang SDM kita malas ?
Semua jadi masalah setiap tahun anggaran yang kita gelontorkan tidak tepat sasaran atau bahasa umumnya jadi tempat korupsi massal.
Membuat bangsa ini sadar memang bukan perkara mudah apalagi setiap hari musuh musuh Indonesia terdekat seperti Singapura menina Bobokan orang orang berduit dan koruptor Indonesia untuk menikmati negerinya yang katanya ramah rapi dan ekonominya sehat sekali.
Bangsa ini lupa diri dan silau melihat lampu yang gemerlap lupa bahwa negeri itu terang berkat mengelola sumber daya alam Indonesia melalu tangan tangan bodo pejabat yang suka jual bangsa.
Tanggung jawab kita bersama untuk mulai menjaga harta dan harga diri kita, lahan yang semakin terbatas harus kita kelola sendiri walau hanya ditanam kangkung.
Jangan takut menjadi bangsa yang kesannya miskin tapi hakekatnya kita bisa menjaga kemandirian, dari pada sibuk ditanami sawit yang nyatanya di miliki asing.
Mulai menjaga rasa dengan membeli hasil kerja bangsa sendiri, wisata di negeri sendiri ketimbang ke luar negeri menghabiskan devisa negara.
Banyak orang kaya yang tak sadar dan tak tau diri, saat uang banyak hasil berjualan di negeri sendiri di habiskan untuk liburan di negeri orang, lupa bahwa uang yg di pakainya hasil kerja tenaga kerja Indonesia di negeri lain yg mereka kirim pulang sementara orang orang kaya itu menjual barang barang hanya menghasilkan rupiah yang kemudian di tukar ke mata uang asing untuk dihabiskan.

  1. Merdeka, Rebut kembali kemandirian kita jangan hanya jadi kambing congeg di negeri sendiri